Search This Blog

Wednesday, July 8, 2015

Kisah sahabat sejati

Kisah ini saya ambil dari sebuah cerita nyata seorang teman yang bercerita tentang kisah hidupnya, sebut saja dia Pipit tinggal di sebuah kostan di bandung, berdekatan dengan  teman kostnya Neya dan
Rida, Neya sahabatnya kuliah di unikom bandung sedangkan Rida dan Pipit berkerja di sebuah Outlet di bandung.

Pipit adalah seorang gadis kampung yang merantau saat umurnya 13 tahun. Kisah hidupnya cukup miris, Pipit seorang gadis tomboy yang termaksud kembang desa di kampung nya. banyak pria yang ingin berkenalan dengan nya. Pipit agak sedikit bandel karena dia sering tak mendengarkan perkataan orang tuanya. dengan lagak tomboy sama persis dengan laki-laki begitu juga dengan tingkah lakunya.

Pipit mempunyai 4 saudara dan semuanya perempuan, ceritanya Pipit anak kedua, saat ibunya hamil, ibu nya selalu berharap anaknya yang akan lahir laki-laki. tapi tebakan itu salah, lahirlah seorang anak yang di beri nama Pipit, dengan tingkahnya seperti laki-laki. Pipit jarang mempunyai teman wanita, rata-rata teman mainya laki-laki, Pipit sering sekali membuat ulah, yang membuat orang tuanya kualahan, Pipit sering balap-balapan motor bersama teman-teman nya, padahal dia tahu pasti orang tuanya marah jika sampai orang lain mengadukan nya.

Saat balapan motor bersama temanya, Pipit mengalami kecelakaan terjatuh ari motor di samping rel Kereta api, hal itu membuat dua luka sobekan yang cukup lumayan besar di wajah nya. hal itu membuat pipit jera, bukan hanya itu yang di alaminya, saat Pipit pulang kerumah, Orang tuanya tahu dan Ayahnya marah besar, dan memukulnya dengan balok kayu yang besar. walau pun di pukul, sampai lebab, Pipit tidak menangis, sampai pernah dia mengejek kakak nya cengeng " Aku heran deh, kamu di marah aja nangis, aku di pukul aja enggak nangis, kenapa ya aku  kok ngk pernah nangis kalau ada apa-apa sama aku" itu pernah di lontar kanya pada Kakak nya.

Kakak Pipit yang soleh, penurut pada orang tua,dan juga pintar membuat orang tuanya sangat memperhatikanya, dan menuruti keinginanya.
saat itu Kakanya meminta di belikan buku sekolah yang di haruskan membeli, begitu juga dengan Pipit, saat kakaknya meminta di belikan buku, Respon cepat pun di dapatkanya dari orang tuanya. Melihat itu Pipit kemudian mengajukan permintaan yang sama, tapi apa sang ibu malah marah-marah dan Ayahnya pun tak menanggapinya.

Hal itu membuat Pipit menilai sikap orang tuanya, terkadang dia sirik pada Kakanya yang selalu di perhatikan, tak seperti dia yang selalu dimarahi dan di acuhkan.
Semua anak-anak pasti ada yang bandel, terkadang anak-anak itu tak peduli dengan Resiko karena pikiran mereka yang belum matang.
Lama-kelamaan perekonomian mereka semakin melemah, Pipit sering kesal karena tak ada lauk di rumahnya, karena itu pipit sering tak mau makan di rumah, dia memilih kumpul dengan teman-teman nya dan di traktir teman-teman nya. keadaan yang menyulitkan membuat Pipit benci akan kehidupan nya. pipit selalu berharap kelak dia tidak hidup susah.

Pipit yang bandel, ternyata dia juga prihatin kepada orang tuanya yang hidup susah saat itu. dia menunjukan rasa sayang itu dengan menyuruh Orang lain berpura-pura bersedekah pada orang tuanya 1 karung beras. Pipit tidak bilang pada orang tua nya, karena jika tahu, orang tuanya akan menuduh Pipit berbuat yang tidak-tidak. Pipit mendapatkan beras itu dari kekasihnya, saat pipit ulang tahun Pacarnya memberikan Pipit sebuah permintaan, Tanpa malu-malu Pipit meminta pacarnya membelikanya 1 karung beras untuk orang tuanya.
pipit duduk menunggu orang yang dia suruh memberikan beras itu, betapa senang hatinya saat senyum gembira di lihatnya dari wajah adik dan orang tuanya. walau dia selalu merasa orang tuanya tidak adil padanya, Pipit menyanyanginya. dan pipit pun menjaga rahaisa itu sampai berapa belas tahun.

Suatu hari Pipit mempunyai masalah dengan seseorang, dia pun enggan membuka Rahasia itu, dia hanya mengatakan trauma tak mau membahas masalah itu. dari mata yang berkaca-kaca dan bibir gemetar, cukup sudah bisa merasakan betapa beban itu terasa berat baginya. dia memilih kabur dari rumahnya karena tak mau orang tuanya terikut beban dengan masalah yang di alaminya.
karena dia berfikir selain tak mau membebani orang tuanya, dia berfikir orang tuanya tak akan perduli dengan masalahnya dan dirinya. Pipit pun nekat pergi merantau, saat beranjak 15 tahun.

Trauma yang di rasakan amat dalam, membuat Pipit sering menangis, pipit teringat saat dia sering mengejek kakaknya cengeng, dan pipit mengatakan tidak pernah menangis. akhirnya itu terjadi semenjak masalah itu dia jadi sering menangis.
setelah masalah itu Pipit merantau kebeberapa kota sampai yang terakhir di kunjunginya Bandung.
merantau sendiri selama 10 tahun lebih tanpa memberikan kabar pada orang tuanya.

Banyak orang yang mau mengganggunya, tapi dia selalu bisa mengatasinya, trauma itu membentuknya menjadi sensi, dendam, dan menangis jika merindukan keluarganya.
saat di sebuah perjalanan Pipit menangis sambil membawa tas kecil berisi beberapa helai baju. melihat nya menangis, seseorang berkendara motor menghampirinya, ternyata dia seorang pak Rt di daerah yang di laluinya, kemudian Pak Rt itu membawanya kerumah, dengan mentah-mentah istri pak Rt itu menolak membantu Pipit. Kemudian Pipit di titipkan di Kantor ###### silah kan menebak-nebak kantor apa, karena saya tak mau dilaporkan jika mempublis kantor itu.

Saat itu jam 1 malam, Pipit disuruh menungu pagi dan menyuruh istirahat di kantor itu. ruangan itu tempat orang-orang berkerja di sana. dengan cepat Pipit mengunci pintu lalu beristirahat. setelah pagi seorang atasan nya datang, dan mau mengatarkan Pipit kerumah orang tuanya. Tapi pipit menolak lalu laki itu menawarkan agar Pipit menjadi istri gelapnya.  Tentu saja hal itu membuat Pipit marah, " Orang kesusahan bukanya di tolongin!" katanya dengan ketus. pipit pun berlari keluar dan langsung naik sebuah Bis, yang tak tau arah tujuan, Lagi-lagi dia menangis, dia merasa orang-orang selalu berbuat sesuka hati mereka. tanpa peduli dimana orang yang benar-benar butuh pertolongan.
Pipit memang agak pemalu sampai-sampai saat situasi sulit pun dia malu meminta pertolongan Orang lain. walau dia merasa butuh itu, dia hanya berharap masih ada orang-orang yang peduli padanya.

Saat di bis dia menangis, lalu ada seorang laki-laki ingin membantunya. sebelumnya Pipit memarahinya, karena laki-laki itu hanya pura-pura saja, mau menolong nya.
laki-laki itu sampai bersumpah, benar-benar ingin menolong, karena prihatin, akhirnya Pipit percaya dan ikut bersamanya kerumahnya. Tempat itu sangat di pelosok desa, di mana rumah jarang di sana banyak sekali hutan. Pipit selalu siaga takut laki-laki itu ingin berbuat jahat, tapi ternyata tidak, pipit benar dibawa ke kampung itu oleh laki-laki tadi.

Orang tua laki-laki itu berjualan pecal di kampung sana, Pipit pun membantu ibu itu berjualan, setelah satu minggu Pipit merasa merepotkan di sana, akhirnya Pipit berniat mencari pekerjaan.
Paman laki-laki itu pun mengantarkan Pipit untuk berkerja di sebuah rumah makan. Saat perjalanan itu Pipit melihat wajah cengar-cengir dari paman laki-laki yang menolong pipit. mereka menggunakan Mobil tangky minyak, karena paman laki-laki itu bekerja di sana.

" Ayo belakang kosong" mumpung nggak ada orang!'  sontak Pipit menangis dan memaki-makinya "Kalau nggak mau nolong turunin aku di sini!" aku akan menceritakan semua pada keluargamu, atas kelakuan mu!" Paman itu pun tersenyum, tanpa satu kata pun, lalu melanjut kan perjalanan.
Pipit tak bisa bayangkan jika laki-laki itu benar-benar menurunkan nya, Karena saat itu mereka melewati hutan, tak ada rumah-rumah di sana. bagai mana nasipnya jika dia turun disana ujar Pipit cengar-cengir pada ku.

Pipit pun mulai berkerja di Rumah makan itu, banyak tetangga yang berjualan yang sama sirik pada Pipit dengan mengatakan Rumah makan itu ramai karena ada pelacurnya. mereka memfitnah Pipit, padahal pipit hanya berkerja melayani tamu yang makan dan memasak.
Pipit tak pernah menanggapi jika laki-laki menggodanya, atau mengajaknya untuk berbuat yang tidak-tidak. Sejak di sana pipit menjadi perokok, dan sering melamun sendirian, dia merindukan keluarganya. Saat sedang mencuci piring yang penuh seperti sehabis pesta, ada seorang berpakaian rapi menghampirinya" eh...ngapain kamu?" "Cuci piringlah!" jawab Pipit ketus " ah ngapain cuci piring, kerja beginian kamu mau uang berapa?" ujar laki-laki itu sambil memamerkan uangnya yang cukup banyak. Dengan marah Pipit mengambil air sabun dan memercikanya pada laki-laki itu " Pergi-pergi!!!!" Laki-laki itu pun mencibir dan pergi.

Suatu hari Bos Pipit bertengkar, istrinya pun pulang kerumah orang tuanya, ternyata itu kesempatan bagi bos laki-laki Pipit. Bosnya mengerayangi kakinya sewaktu tidur, Pipit merasakan ada sesorang yang menyentuh telapak kakinya, Pipit pun berteriak, Ibu dari bos Pipit datang memarahinya."Ada apa to? kok teriak-teriak" Pipit mengatakan dia hanya bermimpi. setelah Ibu dari bos nya masuk, keluarlah Bos laki-laki nya " huf..baru peggang kaki aja teriak!" Ujar bosnya sambil lewat di depanya. Pipit hanya diam, keesokanya pun Pipit memutuskan untuk berhenti kerja di sana. di bayar Rp.30.000 dan sebuah kalung, tabunganya pada bosnya.

Pipit kemudian melanjutkan perjalanan ke pelabuhan, dia berharap bisa bertemu paman nya di jakarta. tapi Pipit takut kekurangan Ongkos dan berniat menjual kalung yang hanya 3 gram, Saat Pipit menaiki bis, dia duduk di samping sopir bis, " Pak mau beli kalung aku nggak?" " kenapa mau jual?" "iya pak, aku kehabisan Ongkos, mau kejakarta tempat paman ku" " Oh, simpan aja kalung kamu, kamu ikut aku aja, nanti aku antar kamu kejakarta" Pipit marah, lagi-lagi tak ada orang yang tulus membantunya. akhirnya Pipit di turunkan di jalan yang hanya sedikit lagi ke pelabuhan.

Pipit meminta tukang ojek mengantarkanya ke pasar untuk menjual kalung, untung saja tukang Ojek itu tidak seperti mereka yang di temuinya. Kalung itu hanya dibayar  Rp.60.000, Pipit selalu takut kehabisan ongkos, waktu itu uang segitu sudah bisa ke jakarta. tapi Pipit memilih tidak makan dari pagi hari karena takut kekurangan ongkos. Akhirnya Pipit sampai dipelabuhan. saat di atas Kapal pipit naik sampai ke lantai atas, Sambil tertiup angin air matanya mengalir, serasa hidup tak benar-benar adil padanya. Pipit serasa putus asa, dia henak menerjunkan dirinya kelaut. serasa ada yang membisikinya. " Orang mati pingin hidup, Orang sakit pingin sembuh, orang sehat pengen mati?" hal itu membuat Pipit terdiam dan merenung, memahami arti dari makna itu. lalu dia mengurungkan niatnya dan berfikir masa depan mungkin lebih indah.

Sampai di jakarta, dalam keadaan perut lapar, Pipit menyewa taxi untuk mencari alamat paman nya. tapi tak ada hasilnya, Pipit pun jadi terlantar saat itu. seorang Ibu kios menolong nya dan menganggap nya sebagai anak angkat. Pipit beruntung walau hanya tinggal di kostan bersama ibu angkatnya. Pipit membantu Ibu angkatnya berjualan, menunggu kios. Setelah beberapa bulan disana Pipit mulai akrab dengan orang-orang di sana, tapi ada-ada saja yang di alaminya, Seseorang masuk ke kostan dan mencoba melecehkan nya, Pipit mengancam akan menceritakan pada Mama angkanya.
perbuatan Laki-laki itu. Laki-laki itu pun mengurungkan niatnya, tak berapa hari kemudian, laki-laki itu menjalin hubungan dengan Mama angkat Pipit. sampai-sampai mereka berbuat hal yang tak pantas di samping Pipit. Pipit hanya berpura-pura tidur dan memejamkan matanya.

Keesokan hari Pipit di ajak bicara oleh mama angkatnya. " Pit mama bingung si akang suruh pilih mama atau Pipit" " oh tenang ma Pipit ngerti biar Pipit yang keluar dari sini" Si akang adalah laki-laki yang mau melecehkan Pipit, mungkin si akang dendam dengan Pipit, karena tidak berhasil melecehkan nya. tapi Pipit tetap bungkam tak menceritakan nya pada Mama angkatnya.

Akhirnya Pipit kebandung merantau di sana, di bandung Pipit menemukan sahabat-sahabat baru dan juga perhatian padanya. karena tak tahan Rindu pada orang tuanya. dan tak ada keberanian menghubungi orang tuanya. Pipit hanya memilih bersembunyi di bandung. sampai-sampai mereka berfikir Pipit sudah tidak ada lagi. Pipit terlalu banyak menahan rasa rindu kepada keluarganya sampai-sampai mengganggu kesehatan nya. Pipit sakit parah, teman-temanya melihatnya sedang menggigil di sebuah kamar kost yang kecil dengan kaki terbujur kaku.

Teman-temanya menyuruhnya kedokter tapi Pipit menolak dan pasrah, kemudian Bapak kost datang dan mengangkatnya ke taxi, Pipit shok saat itu karena ketakutan akan biaya rumah sakit akan mahal, dan tak sanggup membayar, karena itu dia menolak di bawa kerumah sakit. tapi teman-teman memaksanya. sampai di rumah sakit hal yang selalu dia ingat saat Dokter mengatakan " untung tidak terlambat" rasa bersukurpun terucap dalam hatinya karena Allah menurunkan utusan nya untuk menolong nya melalui teman-teman nya.

Sudah seminggu Pipit masih terbaring lemas, badanya seperti tengkorak, semakin kurus, untuk buang air pun tak sanggup berjalan, dan menggunakan alat bantuan di tempat pembaringan nya.
Pipit terkena sakit Kompilasi dari Demam berdarah, Magh, dan Tipes. Pipit terlalu stres, banyak melamun, dan suka menahan lapar karena belum gajian atau uang gajinya habis buat kebutuhan membayar kost dan lainya. akhirnya dia memakan mie saja dalam satu minggu. hal itu lah membuatnya jatuh sakit. Pipit bisa saja membeli apa yang dia inginkan, terlihat dari orang-orang yang menawarinya sesuatu, seperti rumah asal pipit mau menikah dengan laki-laki itu, Pipit memang banyak di dekati manger-manager perusahaan dan bos-bos. dengan menawarkan apa yang Pipit Ingin kan. tapi Pipit tak pernah pedulikan itu. bahkan seorang manager di mall kecil di bandung mau menikahinya dan mengawalnya saat pipit berbelanja di mall itu. tapi Pipit menjauh ada trauma di benaknya dan selalu mengartikan saat laki-laki baik padanya. Pipit pernah di paksa untuk memakai sepatu yang dibelikan seorang bos sebuah hotel di bandung.
Pipit hanya bisa terdiam karena saat itu ada bosnya di outlet sepatu tempat dia berkerja.
Karena sepatu itu di beli di sana. Seorang bos hotel itu memaksanya mencoba sepatu itu, setelah Pipit mencoba, sang bos hotel takan membayar jika di lepas.

Sakit Pipit belum juga sembuh, dia masih terbaring lemas, orang-orang yang tak di kenal datang mengunjunginya dengan membawa bingkisan, Pipit bingung dan mengingat-ingat siapa kedua wanita dan laki-laki itu. ternyata laki-laki itu seorang manager Rumah sakit itu bersama teman nya.
dalam keadaan bingung Pipit hanya terdiam sesekali dia bertanya pada mereka " Tidak salah? mengunjungi saya, mungkin kamu salah orang" ujar Pipit bingung, mereka pun bertanya-tanya data Pipit di rumah sakit itu. " Tidak salah, Pipitkan" sambil tersenyum-senyum. Pipit tak pernah menyangka jika orang-orang tak di kenalinya satu persatu mengunjunginya.

Suatu hari, Pipit merasa pasrah karena tak kunjung sembuh, teman nya sangat setia Neya dan Rida beserta teman-teman lainya. selalu menjaganya di rumah sakit, bahkan teman-teman nya menyuruhnya tak boleh memikirkan biaya, tapi pikirkan kesembuhan saja. untuk buang air pun teman-teman nya membantunya. karena tak kunjung sembuh Neya dan Rida berinisiatif untuk menghubungi keluarga Pipit. Tapi Pipit melarang nya dan hanya berpesan. " Jika terjadi apa-apa padaku silahkan memberitahu orang tuaku" walau keadaan yang parah dan sakit keras, Pipit tak mau memberi tahu kan orang tuanya, karena alasan orang tuanya hanya seorang petani pasti akan kesulitan membayar biaya Rumah sakit. teman Pipit pun tak bisa berbuat apa-apa, mereka meminta sumbangan di kampusnya untuk membiayai Pipit, yang tak hanya sedikit biaya, hampir sebulan dan itu bisa di bayangkan perincian nya.

Suatu hari saat Pipit sudah mulai lemah tak berdaya, hanya bisa meneteskan air mata, Rindu akan keluarganya yang teramat dalam, matanya pun mulai terpejam lelah dengan apa yang di pikirkan nya.
dalam tidur nya seorang gadis kecil membangunkanya, dan di lihatnya di sampingnya dua orang bersorban putih membawa Al-Quran yang di tutup Sajadah, Dia pun terbelalak dan keringat sekujur tubuhnya, Dia bertanya-tanya " Apa tadi, mimpi? ilusi? tapi kenapa seperti nyata?"Pipit merasakan itu benar nyata yang membangun kanya saat nafasnya semakin melemah.

Pipit pun beberapa hari kemudian berangsur sehat, Pipit pun meminta Pulang, walau pihak rumah sakit tak mengizinkan. dan mengeluarkan surat paksa keluar dari rumah sakit karena alasan tak ada biaya. Pipit tetap diharuskan cek darah kembali karena prediksi Dokter dia terkena Leokimia. Pipit pun kembali untuk cek, sebelumnya dia bertanya pada seorang yang berkerja di rumah sakit itu " Pak Kalau saya Cek ini berapa ya?" sambil menyodorkan surat keterangan dokter. mereka menyebutkan kira-kira 400 ribu. Pipit terdiam dan balik arah, bagai mana tadi jika dia sudah terlanjur cek, karena dia hanya membawa uang 40 ribu. itu akan nampak konyol baginya, diapun merobek kertas itu.

Dia tetap bersyukur dia mendapatkan teman yang tetap bersama walau keadaan susah sekali pun, yang perhatian dan menyanyanginya, mereka pun sudah seperti saudara. mereka pun berjanji tidak akan saling melupakan walau suatu saat nanti sesuatu memisahkan. hal itu terbukti saat mereka masing-masing sudah berumah tangga dan tetap terjalin hubungan walau melalui ponsel. dan saling mendoakan.

Pipit kemudian kembali ke kampung, orang tuanya tak percaya jika pipit berkerja halal di bandung, pikiran macam-macam terbesit pada orang tuanya. sampai-sampai orang tuanya menelpon bertanya pada Neya di bandung. " Neya bener apa, pipit kerjanya di bandung?" " kalau Pipit kerja nggak bener udah kaya kali dia bu" ujar teman Pipit spontan sambil tertawa.
Orang tua pipit cukup tenang, Pipit pun bahagia bisa bersama orang tuanya lagi dan mendapat perhatian kembali dari orang tuanya.

Saat itu Pipit hanya seorang anak-anak yang berfikir belum matang. karena haus akan perhatian dari orang tua nya dia rasa tak adil di situ dia belajar menyelesaikan masalah apapun tanpa merepotkan orang tuanya. dan memilih kabur dari pada menceritakan masalahnya pada orang tuanya.

Hal ini pelajaran bagi orang tua, untuk tak memilih-milih kasih sayang atau perhatian pada anak, bersikap adil, jangan terlalu mengerasi anak. karena pikiran anak-anak dan pikiran Dewasa itu berbeda.

Pipit pun menyadari, dulu dia hanya salah paham akan sikap orang tuanya, tentu saja orang tuanya akan marah jika anak nya tak mau di atur.
saat melihat ibunya menangis memeluknya, dia merasa dia terlalu tolol untuk meninggalkan orang tuanya, setelah menikah pun akhirnya hanya bisa bertemu beberapa tahun sekali.
Rasa kerinduan bersama keluarga selalu menghantuinya. Pipit sekarang pun sering menghubungi keluarganya hanya untuk mendengarkan kabar mereka. sedikit- sedikit Pipit membuat kejutan dengan memberi hadiah-hadiah untuk orang tuanya. hal itu pun di rasanya belum cukup untuk menebus segala kesalahanya pada orang tua. dia tak ingin jika orang tuanya banyak pikiran dan juga adik-adiknya, Pipit merelakan uang simpanan nya di berikan pada orang tuanya untuk membantu sekolah adik-adiknya dan membeli peralatan yang di butuhkan keluarganya. walau merasa uang jajan nya tak cukup dia rela untuk tak membeli kebutuhanya sendiri demi keluarganya. jika keluarganya butuh uang atau untuk mebayar hutang orang tuanya. dia sudah bahagia bila bisa melihat orang tuanya dan adik-adiknya bahagia.

Semogga Suatu saat Pipit mau menceritakan masalah pribadinya yang tak mau di publikasi kanya, karena menyangkut trauma kekerasan dari orang lain, Pipit hanya memilih diam untuk keamanan keluarganya.












No comments:

Post a Comment